Syifa Fauziah: “Berawal Mimpi Hingga Beasiswa AFS-YES (Amerika), Penghargaan Presiden Obama,& Beasiswa NIS (Netherlands)”
Berawal
dari mimpi, kerja keras, doa serta dukungan dari orang-orang
disekeliling saya, akhirnya pada bulan Juli 2009 saya berhasil
menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat dengan
title “Duta kecil dan siswa pertukaran pelajar dari Indonesia” yang
tergabung dalam program AFS (American Field Services)-YES (Youth Exchange and Study). Yang merupakan beasiswa full dari pemerintahan Amerika Serikat setelah melalui proses seleksi selama ±1,5 tahun bersama 99 anak lainnya dari seluruh Indonesia.
Di Luwu Timur sendiri, terdapat 4 alumni AFS yaitu
Kak Sohra Sahama dari SMA YPS Soroako, returni AFS tahun 1993-1994 di
Ohio, Amerika Serikat, sekarang bekerja di External PT INCO, Kak Hesti
Wulandari Andi Djiwa dari SMA YPS Soroako, returni AFS
tahun 1997-1998 di Jepang, sekarang bekerja di SD YPS Soroako, Kak
Shatila Abbas dari Malili, returni AFS tahun 2007-2008 di Pennsylvania,
Amerika Serikat, sekarang bekerja di Telkomsel Palu, dan saya sendiri, Syifa Fauziah dari SMA YPS Soroako, returni AFS tahun 2009-2010 di California, Amerika Serikat, dan akan menempuh program S1 di Asia Pacific University Collage of Technology and Innovation (UCTI) Malaysia.
Pada saat itu saya ditempatkan di ibukota
California, Sacramento yang merupakan salah satu kota metropolitan di
Amerika Serikat. Dan tinggal dengan dua host family (keluarga angkat).
Keluarga angkat pada semester pertama saya adalah keluarga Muslim
Lebanon yang menetap di Amerika Serikat.
Perbedaannya tidak terlalu mencolok karena mereka adalah orang Islam
yang secara garis besarnya hampir sama dengan kehidupan saya di
Indonesia. Kecuali dalam hal makanan (American-lebanish food), bahasa,
karena mereka menggunakan dua bahasa yaitu Inggris dan Arab, dan pola
hidup.
Dengan bantuan mereka, saya bisa beradaptasi dengan lingkungan
sekolah serta sosial dalam waktu yang lumayan singkat. Di sini juga saya
melalui bulan puasa, dan Alhamdulillah berjalan dengan sangat lancar.
Di semester kedua, saya ditempatkan di keluarga asli California. Yang
tentunya memiliki banyak perbedaan dengan saya. Disinilah baru terasa
yang namanya “Real American with Fancy Life”. Awalnya saya sangat ragu
dan nervous saat mereka menghosting saya.
Tapi, mereka sungguh luar biasa, mereka memiliki toleransi yang
sangat tinggi dan sangat menghargai saya sebagai seorang Muslim.
Contohnya, pada waktu sholat, malah mereka yang mengingatkan saya supaya
segera menunaikan ibadah sholat, bila ada tamu mereka menyegerakan saya
untuk memakai jilbab, bahkan mereka sama sekali tidak menghidangkan
makanan yang diharamkan oleh Islam selama saya tinggal bersama mereka.
Memang, toleransi beragama di sebagian state di Amerika sangat besar.
Yang mungkin selama ini sebagian besar dari kita di belahan Timur
menganggap banyak sekali sisi negatif dari belahan Barat tanpa melihat
sisi positif lainnya.
Selain toleransi beragama, mereka juga sangat baik di bidang
kemanusiaan, mereka memiliki rasa kemanusiaan yang sangat tinggi
terhadap sesama, dan salah satu yang penting adalah tingkat kejujuran
yang sangat tinggi. Realisasi dari kejujuran diterapkan sejak dini di
Amerika Serikat.
Sebagai contoh, sejak pendidikan dasar hingga menengah,
siswa-siswinya anti-nyontek, atau tidak melakukan kecurangan-kecurangan
seperti copy-paste tugas, membuat konsep pada saat ulangan, dan tindakan
curang lainnya. Pemerintahannya memang sangat mengedepankan mutu
pendidikan dan kemandirian dari siswa-siswinya.
Saya juga merupakan siswa junior di Pleasant Grove High School,
California pada waktu itu. Senang rasanya bisa mengenyam pendidikan
selama 1 tahun di sana. Banyak sekali hal-hal positif yang saya dapatkan
di sekolah Amerika, seperti system pembelajaran yang menurut saya
sangat memfokuskan siswa-siswi disana.
Tiap satu tahun ajaran, kami hanya mengambil enam mata pelajaran,
yakni tiga wajib dan tiga pilihan (berbeda ditiap state). Mata pelajaran
yang wajib adalah Bahasa Inggris, Sejarah Amerika, dan Matematika
(itupun kita bebas memilih yang mana yang duluan kita ingin pelajari,
pada waktu itu saya memilih Problem Solving).
Dan untuk tiga mata pelajaran pilihan lainnya saya memilih Biologi,
Art (melukis), dan saya terpilih sebagai Asisten guru untuk menangani
siswa-siswi yang mengalami cacat mental (autistic). Selain itu,
lingkungan sekolah sangat bersih juga dilengkapi dengan fasilitas yang
sangat memadai.
Teman-teman di sekolah juga sangat open-minded, dan sangat menghargai
orang lain, mereka tidak merasa terusik dengan penampilan saya yang
memakai jilbab. Apalagi di sekolah saya, hanya empat orang yang memakai
jilbab diantara 4.000 siswa.
Selain kegiatan di rumah dan sekolah, saya juga aktif dalam kegiatan
social di komunitas luar seperti asisten guru di SD, mengajar
siswa-siswi yang cacat mental, babysitting, bekerja di perusahaan bapak
angkat saya (Internet Marketing and Web Design), juga sebagai Duta Kecil
Bangsa Indonesia, kami dituntut untuk memberikan presentasi secara
berkala di public area, seperti di sekolah-sekolah, SD-SMA, dan
komunitas yang ditempati.
Tentu saja, untuk mengenalkan Negara Indonesia serta budayanya. Dari semua kegiatan itu, President Obama memberikan saya penghargaan yang berupa Pin Emas
(dan Alhamdulillah saya merupakan satu-satunya siswa pertukaran pelajar
dari seluruh dunia yang mendapatkan pin emas dalam program CIEE
(Council on International Educational Exchange)), juga Surat Resmi dari White House beserta tanda tangan President Obama sebagai ucapan terima kasih telah aktif berpartisipasi di komunitas Amerika, serta sertifikat dari The President’s Volunteer Service Awards.
Selain itu, sebagai siswa pertukaran pelajar saya juga mendapatkan sertifikat
dari United States Department of State, Youth Exchange and Study
Program, dan Bina Antarbudaya-AFS (American Field Service) Program.
Saya juga diberi kesempatan untuk mengunjungi Kedutaan Besar
Indonesia di Indonesia dan di Washington DC, Capital of Washington DC,
Capitol of California, US Senator, VOA (Voice of America) di Washington
DC, Disneyland n California Adventure, Hollywood, Rino, San Fransisco,
Lake Tahoe, dll. (a lot of traveling).
Semua itu tak lepas dari dukungan orang-orang disekeliling saya,
terutama orang tua saya Muhammad Ramli Takkao (karyawan PT INCO, dept
MEM) dan Nasirah Siri (wiraswasta), juga guru-guru dan teman-teman saya
di SMA YPS Soroako.
Alhamdulillah, tahun ini saya lulus dalam program NIS (Netherlands International Studies) Indonesia. Dan Insya Allah pada tanggal 15 juli 2011 akan melanjutkan pendidikan S1 di Asia Pacific University Collage of Technology and Innovation (UCTI), Malaysia, di bidang Business Human Resources Management selama 2 tahun, dan dilanjutkan ke Belanda 2 tahun berikutnya.
At all, saya sangat berharap agar siswa-siswi di seluruh Indonesia,
khususnya Luwu Raya juga bisa meningkatkan potensinya dan merajut serta
meraih mimpi masing-masing. Juga menghimbau agar siswa-siswi, terutama
kelas 10 (1 SMA) agar dapat berpartisipasi dalam seleksi pertukaran
pelajar AFS yang diadakan tiap tahunnya di seluruh Indonesia.
SYIFA FAUZIAH — Duta Kecil Bangsa Indonesia asal Kabupaten Luwu Timur
Komentar