1. Seperti pernah juga saya singgung di sini, seorang penulis harus tahu kelebihan2 dia. apakah pada gaya bahasa, apakah pada ide2 yang berbeda, apakah pada permainan teknik, atau penokohan yang khas dan berkesan di hati pembaca. dst.
memahami kelebihan2 dalam tulisan kita, membuat kita mengetahui ruang bagaimana yang harus dituju, di mana potensi tersebut bisa tergarap maksimal. rekan yang punya gaya bahasa ceplas ceplos, meremaja, gaul misalnya, maka akan lebih tepat bermain di fiksi remaja. sementara rekan2 yang ketertarikan pengolahan tokoh pada psikologis tokoh2nya, dengan cara yang lebih deep, atau tema2 yang berat, bisa jadi memiliki modal lebih utk bermain di sastra.
2. mengetahui kekurangan. buatlah list kekurangan2 dalam tulisan kita. apakah pada judul yang tidak menarik, atau tokoh2 yang terlihat tanpa jati diri, alias sama semua, atau pada ide yang biasa dan sinetron banget. atau pada gaya bahasa yang tidak indah dan puitis. kekurangan bisa dijadikan kelebihan. kekurangan bisa juga menjadi perhatian kita, bahwa ada hal2 yang harus terus kita sempurnakan. hindari pilihan positioning, pada jenis tulisan/segmentasi pasar yang justru kita kurang mahir di dalamnya.
Di luar itu, ada hal lain yang menarik, yang seharusnya juga mendapat perhatian dari penulis. yaitu masalah NAMA PENA.
Tentu saja nama pena bukan suatu keharusan. Bagaimana mengetahui apakah kita membutuhkan nama pena atau tidak? sebab harus juga diakui bahwa nama pena merupakan poin yang bisa mendongkrak seorang pengarang, sehingga bisa lebih akrab di telinga pembacanya, dibandingkan pengarang2 lain yang terjun pada saat bersamaan di dunia perbukuan/majalah.
Kamu butuh nama pena kalau:
1. namamu terlalu panjang/terlalu pendek/tidak menarik
2. namamu susah dilafalkan. beberapa nama berbau bahasa arab/asing, tidak hanya susah dilafalkan (memerlukan makhorijul huruf yang buanget), tp juga susah diingat.
3. namamu tidak pas dengan segmentasi tulisan yang kamu buat. misalnya, kamu menulis fiksi utk remaja. tp nama aslimu justru tidak terkesan remaja, ex: ummu zainab.
bisa diperkirakan akan timbul di hati pembaca keraguan utk membeli buku remajamu, sbb nama pengarangnya jauh dari kesan meremaja.
4. namamu terlalu berat atau terlalu ringan bagi tulisan yang kamu buat.
misal kamu menulis tentang epik islam, tp namamu terlalu gaul. atau kamu menulis (dan akan konsisten di jalur itu) wacana sastra atau artikel yang serius, dengan nama yang terkesan enteng.
5. kamu pengen hidden sebagai penulis. sah saja kan biar nama aslimu tidak diketahui banyak orang
6. terakhir, kamu bisa memiliki nama pena kalau kamu mau. mkn tidak perlu sebab namamu sendiri udah ok, tp kamu punya nama lain yang kamu suka.
beberapa catatan tentang nama pena:
1. nama pena sebaiknya hanya terdiri dari dua suku kata, dan paling banyak dua kata
2. nama2 pena sebaiknya sesuai dengan jenis tulisanmu. nama pena yang berbau arab lebih cocok utk tulisan yang keislaman atau epik. sebaliknya nama2 yang riang dan meremaja misal asma nadia, mkn kurang cocok menulis epik atau tulisan konsep keislaman.
3. jangan terlalu panjang atau pendek. pilihlah nama pena yang menarik perhatian.
4. jangan berdalih, utk tetap memakai nama pena awal yang kamu sempat pilih tp belum terekspose dengan baik, apalagi hanya dengan alasan: saya sudah dikenal dengan nama itu.
kenapa? sebab percayalah, orang2 yang mengenalmu bukanlah pasar yang sesungguhnya. strategis ke umumnya harus lebih diprioritaskan.
sebaiknya kamu sudah m ntap dengan nama pena ketika mengirim tulisan pertamakali di media, atau dibukukan.
mengganti nama pena di tengah jalan atau memiliki dua atau lebih nama pena, amat tidak dianjurkan. sebab tidak mudah untuk mempromosikan dan mengenalkan dirimu dari ulang lagi kepada pembaca. lebih baik menguatkan apa yang ada.
selamat mencari nama pena:)
tentu saja kalau dianggap perlu.
Komentar