Konsumsi beras bagi saya menjadi suatu keharusan. Entah karena kebiasaan sedari kecil, orang tua yang juga mengkonsumsinya, atau perut orang indonesia merasa tidak kenyang jika tidak makan nasi.
Alhamdulillahnya hingga saat ini, beras masih terjual bebas dan juga menjadi kesukaan orang Indonesia, meskipun ada beberapa orang borjuis yang sudah menggantinya dengan roti, atau buah demi menjaga kesehatan mereka yang rentan terserang penyakit kebanyakan karbo.
Beras,, juga menjadi makanan pokok orang jepang. Orang jepang mengolah nasi cukup baik dengan menggabungkannya dengan daging ikan, sayuran, rumput laut bahkan telur salmon. Menjadi salah satu keinginan saya untuk dapat makan nasi khas jepang di negara itu sendiri. Menikmati sakura, menggunakan kimono, tidur dirumah kayu, sepertinya menjadi liburan ekspedisi berburu nasi jepang.
Indonesia tidak pernah kalah dengan pengolahan Beras, saya sendiri sudah banyak merasakan begitu banyak kreasi tangan-tangan kuliner orang indonesia. Nasi Uduk, mungkin kalian tau Nasi lemak Malaysia, Nasi Liwet, Nasi tutuk Oncom, Nasi Kebuli, Nasi Goreng, Nasi Gudeg, Nasi Padang, haha. Ahh banyak sekali yang bisa dinikmati diindonesia. Jumlahnya yang banyak membuat beras menjadi hal yang tidak habis untuk dikreasikan.
Pernahkah anda merasa berdosa ketika tidak menghabiskan makanan yang sudah anda ambil untuk dihabiskan. Pernahkah merasa lalai karena menyisakan butiran nasi tak bersalah. Meskipun diniatkan untuk makhluk lain, apakah itu jamur, kucing dsd. Artinya itu bukan rejeki untuk kita, namun menjadi milik makhluk lain.
Beberapa hari ini, perasaan itu muncul ketika beras itu menjadi hal yang sulit di dapat. Ketika kiriman sudah tidak lagi mendarat disaku. Demi mendapatkannya butuh perjuangan. Menjaganya untuk tetap ada butuh usaha. Alhamdulillah masih bisa merasakan nasi setiap harinya.
Ini mungkin fenomena yang terjadi. Kesulitan seseorang dalam mencari sesuap nasi, dapat berujung pada aksi atau tindakan kriminal, jika ia merasa buntu tidak menemukan lagi langkah apa yang harus dilakukan, seakan itu alternatif terakhir. Semoga kita dijauhkan dari hal itu. Amiin. Karena setiap masalah yang terjadi pada kita pasti Allah SWT sudah sesuaikan dengan kesanggupan menyelesaikannya.
Saat umur saya 8 tahun, saya masih cukup ingat dengan perkataan mbah saya, atau nenek. Waktu yang membuat ingatan itu mulai terkikis namun saya mencoba untuk mengingatnya kembali, bait demi bait, kata per kata yang diutarakan Mbah saya.
"Rief.... Nek mangan sego iku, kudu dientekno, ojo ono sisae"
(Kalo Makan itu dihabiskan, jangan sampai ada sisanya).
"Soale nek koe nggak ngentekno sego kui, mengko Dewi Sri nangis"
(Soalnya kalau kamu tidak menghabiskan nasi itu nanti Dewi Sri nangis)
Saya tidak pernah mengerti dengan ungkapan Mbah saya itu. Kata beliau Dewi Sri itu adalah Dewi yang menjaga Padi, dari padi itu mulai tanam hingga menguning siap untuk di Panen.
sejak saat itu ketika melewati hamparan sawah, saya selalu dan selalu mencari dimana wujud Dewi Sri itu. Ia muncul di pagi hari saat sinar matahari mulai memancarkan sinarnya, Ia juga akan muncul saat cahaya Matahari mulai redup ketika sore hari.
Hingga saat ini, saya baru tau itu adalah cerita. Cerita bagaimana kita harus selalu bersyukur atas segala Rejeki yang diberikan kepada Kita, dalam wujud Geografi yang baik untuk bertanam Padi, sehingga kita saat ini masih bisa merasakan nikmatnya Beras yang dimasak menjadi berbagai kuliner yang beragam. Serta mengingatkan Agar kita jangan sering membuang Nasi, karena bisa jadi banyak saudara kita dibelahan bumi lain sedang bersusah payah untuk menyambung hidupnya.
Bandung, 05 Desember 2017
07.35 am
Rindu Cerita Mbah
-
Komentar