Perasaan itu selalu berubah, seiring dengan bergulirnya waktu. Perasaan itu muncul dengan sendirinya, menetap bahkan mencari selah-selah untuk menanam dirinya dalam relung hati yang jauh kedalam jiwa. Perasaan itu seperti Air, mengalir dari tempat tinggi menuju yang rendah, melalui jalur pori-pori, lubang yang besar, bahkan jalur tak kasat mata.
Ia bisa menjadi virus sakit, namun bisa menjadi energi yang terus memancarkan kekuatan, memberikan nyawa bagi siapa saja yang menikmatinya, berkembang, bertumbuh bahkan menjadi sebuah simponi rasa.
Perasaan bahagia itu muncul ketika kamu merasakan keguncangan, karena tragedi besar dalam hidup. Asam kehidupan itulah rasa. Ayah ibu, mungkin bisa menjadi energi seseorang, mereka bisa menceritakan betapa sulitnya menjalani kerasnya hidup, bejuang demi tanggung jawab, demi melihat tulang anaknya menjadi keras, hingga berkembang kecerdasannya. Mereka jalani dengan rasa bahagia, meski rintangan harus dilewati karena anak menjadi energi itu.
Komentar